Disini kamu tidak akan menemukan semua hal tentang modernisasi, purifikasi, materialisasi, maupun kaki bau terasi.
Tapi kamu akan sangat tercengang setelah tau bahwa .... TERNYATA MASIH ADA YA CEWEK SE NDESO ITU...

Salam senyum
Cewek Ndeso

Sabtu, Juni 14, 2008

SONATA OH SONATA

Assalamualaikum kawan,

Wuah, ga tau nih kenapa si cewek ndeso tiba-tiba lagi pengen puitis. Ga da hujan ga da kentut, si cewek ndeso jadi suka SASTRA!!

Oh no! What happen with me! Padahal biasanya kalo baca semua yang berbau tetek bengek sastra-menyastra, aku langsung melakukan ide yang cemerlang dengan melipat kertas koran itu sedemikian rupa sehingga menjadi BUNGKUS GORENGAN!

Aku ga sengaja liat tulisan sastra pas lagi baca surat kabar di rumah. Judulnya “Sonata”.

Hemm, diliat judulnya aja udah bikin aku jadi pengen nyanyi dangdut.

Sonata oh sonata (backsound-nya lagu kuch kuch hotahai) yippi..yippi...

Tapi pas aku baca kalimat awalnya darahku jadi berdesir, keringat dingin bercucuran, perut mulas, yak bagus! Itu salah satu tanda kena ambeien!

Well, yang pasti entah kenapa aku jadi pengen baca kelanjutannya.

Dan setelah membaca seluruhnya, si cewek ndeso tiba-tiba teringat akan perasaannya. Hemm..


Adakah kau saksikan aku mendengarkanmu?

Padahal aku tidak bisa mendengarkanmu. Tetapi aku ingin tahu bahwa aku sedang mendengarkanmu. Padahal kau tidak bisa menyaksikanku aku sedang mendengarkanmu. Tetapi kau bisa mendengarku seperti aku bisa menyaksikanmu.

Kusaksikan kau melentingkan denting di dalam hening, di dalam sunyi yang meraja. Bertahta dengan mahkota sepi. Karena tidak ada sebuah suara pun yang mampu kutangkap. Tetapi aku mampu menyaksikan kau menusukkan senyap dari matamu, mata tanpa warna.

Jangan lupa, di sini ada yang gelisah.

Kau tidak perlu melihatku seperti aku melihatmu. Karena aku malu bila kau bisa melihat gelisah di mataku. Gelsah yang sudah terlalu lelah mendesah.

Tapi bukankah masih ada langit yang tak pernah tertutup pelupuknya, yang menerima segala yang terbersit bahkan dari mulut si tuli dan si buta?

Batang arang menebarkan hangat dari baranya. Berwarna hitam kemerahan. Seperti hati yang menyimpan kerinduan. Ketika api menyalakannya, ia tidak pernah menghanguskan. Tetapi lebam menjadi merah yang legam. Hanya mendengar bunyi gemeretak yang terdengar malu-malu.

Cinta terasa baru benar-benar membakar ketika pesan kaudengar: padamkan nyalanya!

”Padamkan nyalanya! Padamkan nyalanya!”

Itu suara terakhir yang ditangkap gendang telingaku. Karena setelah itu yang bisa kudengar hanyalah senyap yang merayap. Tidak pelan-pelan. Tetapi langsung menguasai seluruh alam semesta. Tidak ada suara angin berciuman dengan dedaunan, tidak ada suara air yang menyentuh bebatuan, tidak ada suara awan yang berpelukan dengan hujan, tidak ada suara kemarahan, tidak ada suara tangisan, tidak ada suara kerinduan. Aku menjadi sang sepi sendirian. Menjadi maharaja sunyi.

Cinta tidak perlu mata. Bukankah cinta itu buta? Cukup telinga untuk mendengarkan apa kata suara. Suara cinta. Kata-kata cerita yang kusampaikan untuk menjadi nada.

Aku juga tidak perlu telinga. Bukankan cinta itu tuli? Cinta juga tidak perlu telinga untuk mendengarkan terlalu banyak kata-kata. Cukup hati yang bicara. Bicara cinta. Seperti nada-nada yang kaumainkan untukku.

Oooowwh.... so sweet...!!!!

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Sya nggk setuju kalo blog ini :
catatan harian si cewek ndeso

Seharusnya :
catatan harian si cewek CANTIK

Salam kenal ya ?

Anonim mengatakan...

ini URL saya : http://javaholic.dagdigdug.com

by. Anoto

yihaaaa,, I'm a suPer wOmen NdesO

yihaaaa,, I'm a suPer wOmen NdesO
karang di Pantai Baron, Jogja

hei, he's not my prince

hei, he's not  my prince
di Masjid UGM

di kampus kuning

di kampus kuning